Jalan Panjang Kelompok Kesenian
Pertunjukkan Teater Koma dengan lakon JJ Sampah-Sampah Kota. (HARIAN NASIONAL | BAYU INDRA KAHURIPAN)
Proses kebudayaan sebagai suatu upaya dalam mengembangkan jalan berkesenian sekaligus kebanggaan masyarakat Indonesia kini dinilai mulai mengkhawatirkan. Dengan berbagai macam peremajaan gedung pertunjukkan di Jakarta membuat para seniman yang berkecimpung di dunia teater berharap cemas tentang ruang pentas yang semakin sulit dicari.
Perubahan merupakan sebuah proses, membuat yang usang menjadi baru. Namun, perlu ada suatu terebosan yang dapat membuat perubahan itu tidak membuat rakyat dalam keadaan bingung.
"Kadang perubahan membuat kita ragu, cemas, dan takut. Namun, sebagian besar perubahan berlandaskan suatu yang dikatakan harapan. Harapan bahwa segala sesuatu bisa menjadi lebih baik dibanding yang sebelumnya," kata Pimpinan Produksi Teater Koma Ratna Riantiarno di Bintaro, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.
Sebelum pentas ke-159 Teater Koma dengan lakon JJ Sampah-Sampah Kota dibawakan, Ratna mengatakan cerita ini mengibaratkan kisah kita sebagai masyarakat yang menunggu sebuah keputusan dari penguasa. Kebijakan yang menentukan nasib bangsa Indonesia dalam dunia seni dan budaya sebagai identitas kuat untuk era yang akan datang.
"Seni dan budaya adalah salah satu marka besar bagi jati diri kita sebagai manusia Indonesia. Apalagi di masa depan, ketika negara makin membuka diri terhadap globalisme. Namun, nanti ada rencana gedung tempat kami menyewa akan segera ditutup untuk revitalisasi," ujarnya.
Ratna menjelaskan, "Untuk tahun depan, kami masih harus terus memantau perkembangan situasi dan kondisi dari berbagai macam gedung pementasan yang sedang dalam masa peremajaan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta khususnya harus lebih memperhatikan nasib bagi para pementas yang saat ini kesulitan mencari tempat untuk menyalurkan kesenian mereka."
Reportase : Langgeng Puji Kusdiantoro
Editor : Devy Lubis