Drama Belakang Panggung
Saatnya Perempuan Berani Bersuara
Aktor Kiki Narendra (tengah) mengarahkan Rama Widi (kiri) dan Mian Tiara dalam rehearsal drama musikal Belakang Panggung di Jakarta, Kamis (13/2). (HARIAN NASIONAL | BAYU INDRA KAHURIPAN )
Aksi bullying dan kekerasan seksual merupakan salah satu isu yang jadi sorotan dunia beberapa tahun terakhir. Mengemukanya kasus-kasus tersebut menggugah kesadaran publik untuk angkat suara, tidak terkecuali pegiat seni Indonesia.
Mengusung isu yang sama, aktor film dan teater Tanah Air mempersembahkan drama musikal bertajuk Belakang Panggung yang dipentaskan di Institut Francais Indonesia (IFI) Jakarta, 6-8 Maret 2020.
Drama ini mengangkat kisah Rani Gunawan (diperankan musisi sekaligus aktris Mian Tiara), aktris pendatang baru. Ia mendapat kesempatan tampil satu panggung dengan aktor tenar Aditya Santoso (Rama Andikha Widi) di bawah arahan sutradara Teguh Santoso.
Di atas panggung, Teguh menghadirkan kisah klasik Rama dan Sinta yang ideal dan heroik, yang dimainkan Adit dan Rani. Namun, di balik ‘kesempurnaan' akting terselip ‘borok' menahun yang sengaja disembunyikan-semua atas nama chemistry.
"Kami mengemas isu yang tabu dibahas ini melalui jalan berkesenian. Meskipun saya belum lama berkarier di industri ini, selentingan-selentingan seperti itu hadir di sekitar kita," ujar salah satu pemain, aktor kawakan Kiki Narendra, di Jakarta, Kamis (13/2).
Mian Tiara mencermati, sejauh ini isu seperti ini-termasuk korbannya-selalu menjadi percikan berita atau sensasi belaka. Belum banyak yang menindaklanjutinya secara total dan berupaya mengubahnya secara konsisten.
"Ini memang persoalan kompleks, tapi sangat penting untuk diangkat. Perlu diingat, kekerasan seksual bukan hanya dialami perempuan. Banyak laki-laki di luar sana yang mengalami pelecehan, juga kekerasan," tuturnya.
Mian menegaskan, "Saya ingin bilang, kita (baik korban maupun penyintas) tak sendiri."
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2013 menunjukkan, satu dari tiga perempuan di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau kekerasan seksual selama hidupnya. Komnas Perempuan mencatat, setiap dua jam setidaknya tiga perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual.
Yang kemudian jadi sorotan, 93 persen korban kekerasan fisik atau seksual memilih tidak melaporkan pengalaman traumatis itu. Bahkan, data yang sama, yang dirilis pada 2016 itu menyebutkan 72 persen korban tidak bercerita kepada siapa pun karena khawatir menanggung malu dan prasangka buruk masyarakat.
"Lebih menyedihkan lagi ketika perlakuan yang mengarah pada pelecehan atau kekerasan seksual dimaklumi. Ada pemakluman di sini, menganggap (perlakuan) itu normal atau biasa saja," ujar musisi Mian Tiara kepada HARIAN NASIONAL.
Karena itulah, drama musikal ini diharapkan dapat menggerakkan hati masyarakat untuk ikut menyuarakan kampanye #MulaiBicara dan berani bicara. Tujuannya, para penyintas kekerasan fisik atau seksual memiliki ruang aman dan nyaman, serta tidak menutup diri terkait pengalaman buruk yang dideritanya.
"Kami sebagai pekerja seni mengekspresikan keprihatinan atas masalah ini lewat pertunjukan drama musikal. Pesannya agar masyarakat bisa lebih terbuka dan tidak mengucilkan korban di kehidupan sosialnya," tutur produser musikal Belakang Panggung, Airin Efferin.
Senada Mian, Airin menambahkan, "Kekerasan fisik atau seksual berpotensi besar merusak kondisi psikologis korban dalam jangka panjang, sehingga kita harus bisa menciptakan lingkungan di mana korban merasa aman untuk bicara, untuk bercerita."
Reportase : Devy Lubis
Editor : Devy Lubis