#DiRumahAja
"Maling Kondang" Hikayat Generasi Kekinian
Salah satu adegan dalam pementasan teater bertajuk "Maling Kondang" di Jakarta, 12-13 Oktober 2012. (DOK PRI IMAGE DYNAMICS)
Gairah nonton teater di rumah aja berlanjut. Pekan ini, pencinta seni disuguhi lakon satir garapan trio kreatif Indonesia Kita, Butet Kertaradjasa, almarhum Djaduk Ferianto, dan Agus Noor, bertajuk Maling Kondang.
Lakon tersebut ditayangkan di platform daring Indonesia Kaya, Sabtu (23/5) dan Minggu (24/5). Tayangan ini sendiri merupakan rekaman pementasan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 12-13 Oktober 2012.
Maling Kondang merupakan plesetan dari cerita legenda Malin Kundang. Cerita rakyat masyarakat Minang, Sumatera Barat, itu diangkat dalam kemasan modern, dinamis, dan metropolis. Parodi lucu dan nyelekit alias satir menjadi salah satu ciri khas Indonesia Kita.
Cerita yang disutradarai Yusril Katil ini dibuka dengan kisah Malin Kundang yang pulang ke kampung halaman setelah sukses dan kaya raya. Dengan harta berlimpah, ia hendak membangun kampungnya.
Ia mencalonkan diri sebagai pemimpin daerah setempat dan berhasrat membangun monumen dirinya. Tak lupa, ia mengunjungi ibunya dan bercerita tentang keberhasilan dan rencana-rencananya.
Seiring kedatangannya, banyak pihak yang turut bangga dengan kesuksesan Si Malin. Sebagian mereka mencoba mendekati Malin, dengan harapan dapat kecipratan rezeki.
Namun, sosok ibu yang bersih hatinya justru mempertanyakan asal-usul harta dan kekayaan yang diperoleh sang putra. Ia pun menyesalkan perilaku Malin yang congkak dan sombong.
“Di tengah candaan, lelucon, dan eksplorasi budaya yang muncul di atas panggung, lakon ini merupakan wujud kegelisahan serta sindiran tajam dari kami tentang isu-isu sosial, terutama korupsi di sekitar kita,” kata Agus Noor dalam keterangan pers yang diterima HARIAN NASIONAL, Jumat (22/5).
Agus mencermati fenomena bahwa ada sebagian masyarakat yang tidak lagi malu melakukan korupsi. Bahkan memamerkannya di depan umum. Pada saat bersamaan, bermunculan orang-orang yang mudah silau dengan status sosial dan kekayaan seseorang tanpa melihat lebih dalam dari mana dan dengan cara seperti apa memperolehnya.
“Semoga penayangan lakon Maling Kondang dalam kegiatan #NontonTeaterDiRumahAja mampu membukakan mata dan memberikan cara pandang baru bagi para penikmat seni tentang isu-isu sosial yang marak terjadi,” kata dia, menambahkan.
Pementasan ini juga menampilkan bintang tamu dari berbagai profesi seperti penyanyi Oppie Andaresta, artis Nirina Zubir, pengamat politik Effendi Gazali, dan komedian Iwel Sastra. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri dalam pementasan ini.
Perpaduan kebudayaan Sumatera Barat pun semakin terasa kental dengan berbagai unsur dan bentuk seni dari Ranah Minang dalam berbagai aspek pertunjukan. Mulai dari gerak Tapuak Galembong, Legaran Randai, Ginyang Mak Taci, dendang dan silat, badendang, dan saluang.
Tak ketinggalan, kolaborasi seni tradisi Mak Katik dengan rapper Minang Tommy Bolin sehingga memberi kesan kontemporer, modern, dan dinamis, namun tetap menjaga orisinalitas tradisi Minangkabau.
Sebelumnya, Indonesia Kita menayangkan kembali serangkaian aksi panggung yang pernah mengguncang tawa penikmat seni pertunjukan Tanah Air. Kali ini, dalam rangka mendukung kebijakan pembatasan sosial selama masa pandemi.
Beberapa di antaranya Bunga Penutup Abad (18-19 April 2020), Nyanyi Sunyi Revolusi (2-3 Mei), Perempuan-Perempuan Chairil (9-10 Mei), dan Beta Maluku: Nyanyian Damai Untuk Indonesia (16-17 Mei).
Reportase : Devy Lubis
Editor : Devy Lubis