Facebook Twitter
Minggu, 17 Januari 2021

Harian Nasional

  • Home
  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks
  • Home /
  • Travel & Lifestyle
Jumat, 29 Mei 2020 16:23

#DiRumahAja

Menguak Tabir Pesinden Legenda

Menguak Tabir Pesinden Legenda
Adegan pementasan teater 'Sinden Republik' di Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta Pusat, 29 Mei 2015. (DOK PRI KAYAN PRODUCTION)

Pekan ini, Indonesia Kita menghadirkan rekaman pementasan dengan lakon Sinden Republik. Tayangan yang merupakan bagian dari program #NontonTeaterDiRumahAja tersebut disiarkan streaming, Sabtu (30/5) dan Minggu (31/5). 

Sinden Republik
 berkisah tentang obsesi Sinden Sepuh yang prihatin melihat murid-muridnya belum bisa memaknai hakikat seorang sinden. Ia kemudian mengutus para murid untuk menemukan seorang sinden kenamaan yang melegenda bernama Ngatijah.

Pesinden yang tidak diketahui di mana rimbanya ini konon memiliki rajah di punggung. Rajah di punggung sinden itulah ‘kunci’ yang harus ditafsirkan, dibedah dan dimaknai kembali, agar relevan dengan kondisi sosial politik saat ini.

Rajah di punggung. Inilah jejak sejarah yang ditorehkan para pemimpin bangsa ini. Saat mencari sinden, perlahan-lahan banyak hal terkuak dan terbuka, menyangkut sejarah yang selama ini ditutup-tutupi.

Tak pelak, perjalanan mencari sinden itu berubah menjadi perjalanan menelusuri sejarah para tokohnya, yang kemudian mengetahui masa lalunya.

Trio kreatif Indonesia Kita—Butet Kertaradjasa, Agus Noor, dan almarhum Djaduk Ferianto—pada pementasan Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 29-30 Mei 2015 ini menggandeng budayawan Sujiwo Tejo sebagai sutradara untuk pementasan ini.

“Pementasan ini mengajak masyarakat untuk tidak hanya melihat suatu hal sekedar hitam dan putih, tapi berpikir kritis untuk mencari makna lain yang tersirat di dalamnya,” kata Sudjiwo Tejo yang memerankan tokoh Sinden Sepuh.

Penonton, kata dia, tidak hanya melihat suka duka dunia sinden, tetapi juga merefleksikan bermacam persoalan berbangsa dan bernegara yang masih berkorelasi hingga saat ini. “Mulai dari korupsi, persoalan ekonomi hingga pentingnya merawat seni dan kebudayaan Tanah Air,” tambahnya.

Pementasan ini dikolaborasikan dengan para penyanyi perempuan berbasis tradisi seperti Soimah, Endah Laras, Sruti Respati, Megan Colleen O’Donoghue, dan Rita Tila.

Setiap penyanyi memainkan suatu lakon dengan gaya musikal masing-masing. Ini menjadi kolaborasi yang menarik. Mereka beradu teknik bernyanyi sekaligus bermain bersama para komedian seperti Miing Bagito, Cak Lontong, Butet, Akbar, Sahita, Trio GAM, dan lain-lain.

Untuk mengembalikan ingatan penonton akan pentas tersebut—sekaligus jelang penayangan dua hari ke depan secara berturut-turut—pencintya seni dapat mengikuti IGLive Bincang Indonesia Kita bertajuk Sinden Adalah Kunci! di platform media sosial Kayan Production, malam ini, Jumat (29/5) pukul 20.00 WIB.

Obrolan ini menghadirkan Endah Laras dan Rita Tila yang akan membagikan pengalaman mereka dalam Sinden Republik.

 

Reportase : Devy Lubis
Editor : Devy Lubis
Silakan Dibagi:
  • Facebook
  • Twitter
  • Bagikan

Berita Terkait:

  • LENTERA DI TEPIAN: Kisah Cindur Menggapai Cinta
  • Membidik Bakat Baru Dunia Seni Pertunjukan Indonesia
  • 'Cinta Semesta' Persembahan Teater Koma 2020
  • 'Wayan Brayut Melayangan' Semarakkan Hari Dongeng Nasional
  • Membaca Zaman dari Wayang Daur Ulang

Silakan Dikomentari


Komentar untuk berita ini

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Lihat Versi Desktop

© Harian Nasional. Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.