Facebook Twitter
Minggu, 17 Januari 2021

Harian Nasional

  • Home
  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks
  • Home /
  • Opini & Kolom
Selasa, 09 Juni 2020 06:15

Berubah untuk Kebaikan

Berubah untuk Kebaikan
Dr. Edi SetiawanTehuteru, Sp.A(K), MHA (Ist)
Bagi mereka yang masih punya anak pasti tahu superhero yang menamakan diri Power Rangers. Sebetulnya mereka orang biasa yang kemudian dapat berubah menjadi Power Rangers dengan menyebutkan satu kata, "Berubah". Seketika, sekelompok pemuda tersebut berubah pakaiannya menjadi warna-warni dan memiliki kekuatan luar biasa untuk menumpas musuh.

Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia akan banyak mendengar kata "berubah" diucapkan di mana-mana. Memang, dengan adanya pandemi COVID-19 yang tidak diketahui kapan berakhirnya, pemerintah menganjurkan untuk kita semua berubah. Perubahan itu sekarang dikenal dengan istilah New Normal.

Banyak orang yang mendefinisikan New Normal. Bagi saya, New Normal yang utama adalah kita yang tadinya bisa bepergian kemana-mana tanpa masker, sekarang masker harus terus melekat menutupi mulut dan hidung kemanapun kita pergi. Berikutnya jaga jarak lebih kurang 1-2 meter antara diri kita dengan orang yang ada di sekitar kita. Terakhir rajin cuci tangan. Sebelum pandemi mungkin kita hanya mencuci tangan sebelum makan. Sekarang, perilaku itu harus diubah dengan kebiasaan mencuci tangan setiap kali habis memegang atau menyentuh sesuatu, apa saja.

Meminjam istilah anak-anak remaja masa kini, "Emang enak". Pada awalnya memang tidak enak dan nyaman. Lama kelamaan, hal ini pasti dapat berubah dan menjadi suatu kebiasaan. Sebelum pandemi, sebetulnya ada contoh tentang suatu perubahan yang dapat menggambarkan hal di atas, yaitu saat pemerintah mengubah sistem pembayaran jalan tol dari menggunakan uang menjadi e-money.

Apa yang terjadi? Di awal, banyak orang yang tidak nyaman dengan situasi yang ada. Di media sosial, banyak sekali tanggapan negatif masyarakat mengenai rencana perubahan ini. Sekalipun demikian, pemerintah tetap pada pendiriannya. Perubahan tetap harus dijalankan.
Saat ini, setelah beberapa tahun perubahan terjadi, apakah ada masalah? Tidak ada komentar lagi yang menyinggung masalah penggunaan e-money sebagai alat bayar yang sah di negara ini. Kalau mau masuk jalan tol, dapat dilihat sekarang semua orang pasti punya e-money tanpa mempermasalahkannya.

Belajar dari proses perubahan yang pernah ada, kiranya tidak ada lagi hal-hal negatif yang mendahului New Normal yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Jangan marah kalau ada yang menegur kita untuk memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Jangan marah kalau mal-mal atau resoran-restoran favorit kita belum dibuka. Jangan marah kalau sekolah dan gedung ibadah belum dapat digunakan untuk belajar dan beribadah. Jangan kesal kalau sebelum masuk gedung suhu tubuh kita diperiksa. Jangan kesal kalau mau ke rumah sakit harus periksa rapid test atau swab dulu. Jangan marah atau kesal untuk masih banyak lagi hal-hal lainnya yang berubah dari kehidupan kita sebelum pandemi.

Marilah kita menyikapi perubahan tersebut dengan sikap yang positif. Sadarlah bahwa perubahan yang terjadi untuk kebaikan kita berikut orang-orang yang kita kasihi. Kadang kita masih melihat banyak orang yang tidak mengindahkan prosedur tetap kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Apakah kita juga akan ikut-ikutan melanggarnya?

Menyikapi hal ini, kalau saya boleh usul, mulailah dari diri kita sendiri. Jangan pedulikan apa kata orang terhadap sikap kita yang tetap mau mengikuti petunjuk pemerintah. Sekali lagi, semua ini diatur untuk kebaikan kita bersama. Bagi yang tidak mau mengikutinya, itu kerugian mereka sendiri kalau sampai tertular.

Power Rangers berubah untuk menjadi kuat supaya dapat membela kebenaran. Di era New Normal, kiranya kita juga dapat berubah seperti Power Rangers dengan harapan dapat menjadi kuat sehingga terlindung dari penularan virus Corona dan tidak menjadi penyebar virus tersebut ke orang lain yang ada di sekitar kita. Mari berubah untuk kebaikan bersama.
Dr. Edi SetiawanTehuteru, Sp.A(K), MHA, Pusat Kanker Nasional - Rumah Sakit Kanker "Dharmais"

Reportase : Dr. Edi SetiawanTehuteru, Sp.A(K), MHA
Editor : Burhanuddin
Silakan Dibagi:
  • Facebook
  • Twitter
  • Bagikan

Silakan Dikomentari


Komentar untuk berita ini

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Lihat Versi Desktop

© Harian Nasional. Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.